80 Pendekar Ikuti UKT di Padepokan Persinas ASAD Kediri

Menurut Dr. Ir. H. Dedid Cahya Happyanto., M.T., Ketua PB Persinas ASAD, UKT ini untuk meningkatkan peringkat sabuk prestasi serta para peserta mampu mengimplementasikan hasil ToT di tingkat provinsi hingga kabupaten, dan para pelatih semakin meningkat kualitas kepelatihannya dan terbukti awalnya dari Persinas ASAD hanya satu pesilat yang bisa tampil di Pekan Olahraga Nasional (PON), pada tahun berikutnya tujuh pesilat dan di tahun 2021 ini ada 22 pesilat dari seluruh wilayah Indonesia.

Dedid juga menambahkan bahwa UKT ini terbagi pada lima zona, dua zona sudah selesai dilakukan, yaitu di zona Sulawesi dan zona Sumatera, saat ini ada tiga zona yaitu zona Jawa Timur, zona DKI Jakarta dan zona Kalimantan.

“Secara kurikulum kenaikan tingkat itu enam bulan sekali namun dalam pelaksanaanya akan dilakukan setiap tahun, rencana tahun depan pada bulan April 2022 di bulan April ada UKT untuk level kabupaten/kota dan Provinsi, dan pada bulan Oktober 2022 untuk tingkat nasional PB Persinas ASAD.” Kata Dedid Cahya Happyanto.
“Untuk peningkatan kualitas, agar terjadi pemerataan di seluruh Indonesia sehingga kualifiaksi pelatih makin meningkat.

Ujian Kenaikan Tingkat tersebut meliputi jurus, teknik berpasangan, teknik tanding, adapun tingkatan kelas di Persinas ASAD meliputi sabuk biru strip coklat, biru strip coklat, coklat bintang satu dan coklat bintang dua.

Anthong Samijo, S.H., Ketua Pembibitan dan Pemasalan Persinas ASAD menekankan agar warga Persinas ASAD justru tidak menyerah dan semakin meningkatkan intensitas latihannya untuk meningkatkan imun tubuh serta sebagai upaya meningkatkan kualitas sehingga sewaktu-waktu diadakan pertandingan secara offline tidak tertinggal dengan perguruan lain.

Menurut H. Anthong Samijo, S.H., Pembibitan dan Pemasalan sekaligus Ketua UKT Persinas ASAD bahwa tidak semua peserta UKT Persinas ASAD ini lulus disebabkan karena faktor usia, SDM dan tidak menguasai materi, oleh karena itu ia berpesan agar tetap semangat tidak boleh putus asa bukan berarti dirinya tidak bisa tetapi kesempatan yang tertunda, dikatakan berhasil itu kalau dirinya mau bangkit dan berkarya dan mau berjuang untuk dirinya dan perguruan.

“Bagi peserta yang tidak berhasil diharapkan tetap semangat tidak boleh putus asa bukan berarti dirinya tidak bisa tetapi kesempatan yang masih tertunda, jadi dikatakan berhasil itu kalau dirinya mau bangkit dan berkarya dan mau berjuang untuk dirinya dan perguruan.” Kata Anthong Samijo.

Anthong Samijo juga menegaskan bagi peserta yang lulus tahun ini justru ini adalah tantangan besar karena dengan tingkatan yang semakin tinggi juga bertambah besar pula tanggung jawabnya antara lain memajukan perguruan di padepokan masing-masing.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *