Toraja (4/7). Membangun persaudaraan sekaligus melestarikan budaya lokal, LDII Tana Toraja menghadiri undangan Ketua Dewan Adat Toraja dalam upacara adat ma’pasonglo’. Yakni proses pemindahan/pengarak-arakan jenazah dari rumah tongkonan ke rante untuk pelaksanaan upacara yang hal ini berhubungan dengan tingkatan Rapasan melalui stratifikasi sosial.
Tujuan kehadiran para pengurus LDII Tana Toraja di Taman Wisata Kete Kessu saat itu, untuk berbagi semangat kehidupan persaudaraan generasi muda di tana toraja serta memberikan nilai keteladanan dalam adat sosial budaya dimana para tokoh orang tua dan sesepuh setelah meninggal akan dikenang melalui upacara adat tersebut.
Ketua LDII Tana Toraja Marjono dan Wakil Ketua Agus Marsahada serta sekretaris LDII Yudi Marsanto dan berapa pengurus lainnya diundang untuk menyaksikan keberagaman adat dan budaya Tana Toraja dalam proses kematian seorang anggota keluarga.hadir memenuhi undangan adat yang diselenggarakan keluarga Ketua Dewan Adat Tana Toraja Eric Crystal.
Dalam acara Ma’pasonglo’ kali ini seorang tokoh yang juga keluarga Eric, almarhum Elly Pekalongan Sarongallo merupakan mantan Camat Kessu yang dikenal dekat dengan rakyat. Peringatan kematiannya yang menjadi upacara adat, membuat Taman Wisata tersebut sejak tanggal 15-30 Juni padat pengunjung. Tradisi itu juga diikuti para wisawatan asing, serta beberapa utusan duta besar serta para tokoh masyarakat. Kegiatan itu juga dihadiri hampir semua warga di kecamatan Kesu yang menjadikan jalan macet beberapa kilo.
LDII mengapresiasi undangan tersebut. Tana Toraja menghadirkan keberagaman dan toleransi keagamaan yang sangat tinggi. Tata cara penyambutan dan penyajian hidangan disesuaikan dengan kondisi dan selera serta khasanah kelompok tamu. Persaudaraan yang dibangun melalui upacara adat itu terus akan tumbuh kembang dan dilestarikan agar sesama kerabat saling kenal dan saling membantu.
Pada sesi terakhir dilaksanakan foto bersama ketua Dewan Adat Toraja. Seluruh pengurus harian DPD LDII Tana Toraja ikut bergembira dan menikmati acara upacara adat.
Oleh: Agus Marsyahada (contributor) / Noni Mudjiani (editor)